BLOGGER TEMPLATES AND Tagged Layouts »

Selasa, 13 November 2012

Tembakau untuk obat diabetes??


Tembakau untuk obat diabetes??
Ya, selama ini masyarakat Indonesia hanya menganggap bahwa tembakau merugikan karena mengandung zat berbahaya yang di gunakan untuk bahan dasar pembuatan  rokok.
Kali ini postingan saya membahas tentang manfaat tembakau bagi kesehatan, salah satunya sebagai obat kencing manis atau diabetes melitus.
Bagaimana bisa tembakau yang selama ini kita
anggap merugikan ternyata bermanfaat????
Nah, para ilmuwan berhasil menggunakan tembakau yang dimodifikasi secara genetik untuk memproduksi obat diabetes dan kekebalan tubuh. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal BMC Biotechnology, Maret 2010.
Ilmuwan dari beberapa lembaga penelitian Eropa berpartisipasi dalam proyek bertajuk “Pharma-Planta” yang dipimpin Profesor Mario Pezzotti dari Universitas Verona itu. Mereka membuat tembakau transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-10), yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif.
Kode genetik (DNA) yang mengode IL-10 ditanam dalam tembakau, lalu tembakau akan memproduksi protein tersebut. Mereka mencoba dua versi IL-10 yang berbeda. Satu dari virus, yang lainnya dari tikus. Para peneliti menemukan, tembakau dapat memproduksi dua bentuk IL-10 itu dengan tepat. Produksi cytokine yang aktif cukup tinggi, yang mungkin dapat digunakan lewat proses ekstraksi dan pemurnian.
Menurut Prof. Pezzotti, tanaman transgenik menarik untuk sistem produksi protein kesehatan karena menawarkan kemungkinan produksi pada skala besar dengan biaya rendah. “Sehingga menghindari proses pemurnian yang panjang dibandingkan dengan obat tradisional sintetis,” katanya.
Tidak sekadar sebagai obat anti-radang dan mencegah diabetes melitus tipe 1, tembakau juga bisa menghasilkan protein obat human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV adalah virus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya, bukan tembakaunya yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.
Para ilmuwan telah bertahun-tahun mengetahui bahwa obat-obatan yang dikenal sebagai griffithsin melindungi orang dari infeksi HIV karena menghentikan kolonisasi virus pada lapisan vaginal. Yang menjadi persoalan, biaya untuk memproduksinya sangat mahal. Di alam, satu-satunya sumber griffithsin adalah algae merah, yang ditemukan di pantai Selandia Baru. Mereka tumbuh dalam jumlah sangat kecil untuk dapat dipanen secara efektif.
Ilmuwan sebenarnya dapat menghasilkan griffithsin dalam jumlah lebih besar lewat rekayasa genetik pada bakteri E. coli. Namun pemeliharaannya membutuhkan suhu yang tinggi dan pengadaan bahan bakunya menjadikan panen obat dari mikroba itu tetap mahal. Sekarang para ilmuwan berpaling ke virus untuk memproduksi griffithsin.
Maka, virus mosaik tembakau (TMV) yang biasanya menginfeksi tembakau pun dijadikan alat untuk memproduksi obat HIV itu.  Agar hasilnya besar, generasi TMV penghasil obat itu dicampur dengan air dan disemprotkan pada Nicotiana benthamiana, sepupu tanaman tembakau komersial yang sangat rentan terhadap TMV. Setelah beberapa hari terinfeksi, daun mulai layu. Berarti virus telah menyebar ke seluruh daun.
Menurut Witarto, di Eropa, molecular farming menjadi proyek besar Uni Eropa. “Salah satu pusat utamanya di Fraunhofer IME tersebut,” katanya. Di sana ada konsorsium besar. Para profesor dari negara-negara Eropa yang terlibat dalam konsorsium ini mengirim mahasiswa S-3-nya untuk mengerjakan penelitian itu. “IL-10 adalah salah satu targetnya, yang diketuai profesor dari Italia itu,” ujarnya.

0 komentar: